A. Asal Mula Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut
kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu
juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina
sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu
dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan
dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah
manusia. Diperkuat dengan dalil Aristoteles mengatakan Manusia itu Zoon Politicon yang artinya satu individu
dengan individu lainnya saling membutuhkan satu sama lain sehingga keterkaitan
yang tak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sedang menurut Freud,super-ego pribadi manusia sudah mulai dibentuk ketika ia berumur 5-6 tahun dan
perkembangan super-ego tersebut berlangsung terus menerus selama ia hidup. Super-ego yang
terdiri dari atas hati nurani, norma-norma, dan cita-cita pribadi itu tidak
mungkin terbentuk dan berkembang tanpa manusia itu bergaul dengan manusia lainnya,
sehingga sudah jelas bahwa tanpa pergaulan sosial itu manusia itu tidak dapat
berkembang sebagai manusia seutuhnya. (DR. WA Gerungan, Dipl. Psych. Psikologi Sosial. Penerbit: PT. Refika Aditama,
Bandung. Cetakan Pertama, Juli 2004. Hal. 27)
Disamping sebagai makhluk yang unik, manusa juga menjadi makhluk social.
Makhluk sosial adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan
kehadiran orang lain. Sebagai makhluk sosial ia memiliki tabiat suka kerjasama
dan bersaing sekaligus. Jika dalam bekerjasama dan bersaing mereka berlaku fair
(terbuka) maka harmoni sosial akan tercipta. Tetapi jika mereka bersaing secara
tidak fair (tertutup) maka konflik antar manusia bisa terjadi. Sebagai makhluk
social manusia merindukan harmoni social (perdamaian) tetapi juga tak pernah
berhenti dari konflik. Desain manusia sebagai makhluk social bukan fikiran
manusia, tetapi juga berasal dari Tuhan Sang Pencipta. Kitab Suci penuh dengan
pesan-pesan harmoni sosial; antara lain:
a.
Bahwa manusia itu diciptakan Tuhan memiliki identitas bersuku-suku,
berbangsa-bangsa, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh
masing-masing etnis, tetapi perbedaan itu dimaksud untuk menjadi sarana
pergaulan, saling mengenal dan saling bekerjasama dalam kebaikan (ta'aruf) (QS.
al Hujurat : 13)
b.
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti membutuhkan orang lain, dan
bagaimana sosok kedirian seorang manusia terbentuk oleh lingkungan yang menjadi
sosiokulturnya. Manusia menjadi manusia jika ia berkumpul dengan manusia.
Manusia menjadi siapa tergantung pengalamannya dengan siapa.
c. Bahwa di hadapan Tuhan, manusia diperlakukan sama dalam martabat kemanusiaannya.Tuhan tidak memandang identitas etnis (bahasa, warna kulit) dan sosok fisiknya sebagai suatu kelebihan. Hanya takwa (kualitas rohani) manusia yang dinilai oleh Tuhan. (QS. al Hujurat:13). Tuhan tidak menilai rupa dan warna kulit, tetapi hatinya yang dinilai (hadits).Bahwa pergaulan sosial dan silaturrahmi dapat menumbuhkan rasa indah dalam kehidupan serta menimbulkan suasana dinamis dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
c. Bahwa di hadapan Tuhan, manusia diperlakukan sama dalam martabat kemanusiaannya.Tuhan tidak memandang identitas etnis (bahasa, warna kulit) dan sosok fisiknya sebagai suatu kelebihan. Hanya takwa (kualitas rohani) manusia yang dinilai oleh Tuhan. (QS. al Hujurat:13). Tuhan tidak menilai rupa dan warna kulit, tetapi hatinya yang dinilai (hadits).Bahwa pergaulan sosial dan silaturrahmi dapat menumbuhkan rasa indah dalam kehidupan serta menimbulkan suasana dinamis dan merangsang pertumbuhan ekonomi.
d.
Bahwa berfikir positif kepada orang lain akan meringankan beban hidup.
Sebaliknya buruk sangka dan curiga/berfikir negatip kepada orang lain hanya
akan mempersempit ruang lingkup pergaulan, memojokkan diri sendiri. Berfikir
negatip dan buruk sangka bukan hanya merugikan secara psikologis, tetapi juga
secara ekonomi, yakni menjadi kontra produktif.
e.
Bahwa Tuhan yang Maha Pengasih itu telah memberi kepada manusia begitu
banyak kenikmatan yang tak terhitung jumlah dan nilainya (al kautsar). Adanya
perbedaan kapasitas pada manusia (pintar-bodoh, kaya miskin, lancar-tersendat,
dan sebagainya.) merupakan bagian dari ujian dan tantangan hidup yang di
dalamnya terkandung hikmah yang tak ternilai.
f.
Kesanggupan seseorang untuk mengambil hikmah dari keragaman keadaan,
akan membuat hidupnya menjadi indah dan dinamis, sebaliknya dendam, iri hati
dan dengki hanya akan menguras energi, bagaikan api yang membakar dirinya (amal
ibadahnya) dan membakar orang lain (fisik, psikis dan materiil)
g.
Iri hati yang positip hanya ada pada dua hal; yaitu;
·
iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan harta banyak, tetapi ia
menggunakan hartanya itu untuk kemaslahatan masyarakat dan hal-hal lain
yang terpuji
·
iri kepada orang yang dianugerahi Tuhan ilmu yang banyak, dan orang itu
h.
mengamalkan ilmunya serta mengajarkannya kepada orang lain.
Iri dan dengki timbul pada manusia disebabkan karena mereka bersaing untuk menjadi yang tertinggi dalam bidang yang sempit, yaitu harta dan pangkat. Jika manusia bersaing dalam bidang yang luas, misalnya dalam bidang kebajikan dan kebaikan universal niscaya tidak terjadi iri dan dengki karena medan kebajikan sangat luas untuk menampung semua peserta.
Iri dan dengki timbul pada manusia disebabkan karena mereka bersaing untuk menjadi yang tertinggi dalam bidang yang sempit, yaitu harta dan pangkat. Jika manusia bersaing dalam bidang yang luas, misalnya dalam bidang kebajikan dan kebaikan universal niscaya tidak terjadi iri dan dengki karena medan kebajikan sangat luas untuk menampung semua peserta.
|
Teori
Manusia Menurut Cooley
|
Menurut Cooleykonsep
diri (self-concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang
lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley
diberi nama looking-glass self.
Cooley
berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang
lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaian orang
lain terhadap penampilannya. Pada
tahap ketiga seseorang mempunyai
perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain
terhadapnya itu.
Lihat gambar diatas, dapat dijelaskan Manusia Sebagai Makhluk Sosial,
1.
Persepsi orang lain terhadapnya sebagai bentuk
dorongan untuk berinteraksi sosial.
2.
Persepsi orang lain terhadap penampilannya sebagai
bentuk dorongan untuk saling membutuhkan.
3.
Reaksi penilaian orang lain sebagai bentuk dorongan
untuk belajar.
Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi
atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat
disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
a)
Manusia
tunduk pada aturan, norma sosial.
b) Perilaku manusia mengharapkan
suatu penilaian dari orang lain.
c)
Manusia
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d) Potensi manusia akan
berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Telah berabad-abad
konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada yang menitikberatkan pada
pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu. Dimana memiliki unsur-unsur
keharusan biologis, yang terdiri dari:
1.
Dorongan untuk makan.
2.
Dorongan untuk mempertahankan diri.
3.
Dorongan untuk melangsungkan jenis.
Dari tahapan diatas
menggambarkan bagaimana individu dalam perkembangannya sebagai seorang makhluk
sosial dimana antar individu merupakan satu komponen yang saling
ketergantungan dan membutuhkan. Sehingga komunikasi antar masyarakat ditentukan
oleh peran oleh manusia sebagai makhluk sosial.
Dalam perkembangannya
manusia juga mempunyai kecenderungan sosial untuk meniru dalam arti membentuk
diri dengan melihat kehidupan masyarakat yang terdiri dari:
1.
penerimaan bentuk-bentuk kebudayaan, dimana manusia
menerima bentuk-bentuk pembaharuan yang berasal dari luar sehingga dalam diri
manusia terbentuk sebuah pengetahuan.
2.
penghematan tenaga dimana ini merupakan tindakan
meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia sehingga
kinerja manusia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.
Pada umumnya hasrat
meniru itu kita lihat paling jelas di dalam ikatan kelompok tetapi juga terjadi
didalam kehidupan masyarakat secara luas. Dari gambaran diatas jelas bagaimana
manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk
membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa
manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.
Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam
hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan
manusia satu dengan manusia yang lainnya.
Secara garis besar
faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga
hal yakni :
v Tekanan
emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
v Harga
diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan
kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti
semula.
v Isolasi
sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Di dalam kehidupannya,
manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk
bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian
yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Tidak hanya terbatas
pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin
diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain
pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai
rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh
apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu
tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan
berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih
baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh
manusia.Imanuel Kant mengatakan, "manusia hanya dapat menjadi manusia karena
pendidikan". Jadi jika manusia
tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil
penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa
pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan
jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
B. Norma Sosial
Norma sosial adalah kebiasaan
umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat dan batasan
wilayah tertentu. Norma akan berkembang seiring dengan kesepakatan-kesepakatan
sosial masyarakatnya, sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma
menyangkut perilaku-perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi
sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau
suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk.
Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat
dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan.
Norma tidak boleh
dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai
dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman.
Misalnya, bagi siswa yang terlambat dihukum tidak boleh masuk kelas, bagi siswa
yang mencontek pada saat ulangan tidak boleh meneruskan ulangan.
Norma merupakan hasil
buatan manusia sebagai makhluk sosial. Pada awalnya, aturan ini dibentuk secara
tidak sengaja. Lama-kelamaan norma-norma itu disusun atau dibentuk secara
sadar. Norma dalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, dan petunjuk standar
perilaku yang pantas atau wajar.
C. Nilai Sosial
Nilai Sosial adalah nilai yang tertanam dalam kehidupan bermasyarakat,
diantaranya: kesetiakawanan,
kepedulian terhadap sesama, menyukai kerjasama, aktif bermusyawarah, aktif bergotongroyong, cepat
tanggap terhadap apa yang menimpa tetangga, dan seterusnya. Sayangnya, saat ini nilai sosial di masyarakat
Indonesia sebagian banyaknya mengalami penurunan drastis antara tetangga mulai
berjarak, kebersamaan mulai menjemukan lebih senang sendiri-sendiri pada
akhirnya banyak kasus jika menengok orang meninggal karna hanya ingin dapatkan
bingkisan nasi bukan berniat meringankan beban atau menghiburnya, rumah pun
dipagari dengan setinggi-tingginya bermaksud tidak menyelinap secara diam-diam
(ada kecurigaan sosial yang tidak jelas alasannya), bekerja bakti pun terkadang
harus diiming-iming dengan upah yang akan didapatkannya sehingga segala sesuatu
itu sekarang ditentukan oleh nominal uang, mungkin tidaklah aneh semua itu
terjadi disebabkan susahnya mencari uang akhirnya beberapa jalan yang sekiranya
tidak pantas pun sering dilakukan oleh masyarakat sekarang.
Tentunya, harus menanamkan kembali nilai sosial yang
mulai merosot tersebut dikarenakan beban ekonomi, padahal jika tidak
mementingkan diri sendiri pasti masyarakat tidak akan duduk diam melihat
kesengsaraan masyarakat pasti nanti ada pengumpulan data untuk melakukan bakti
sosial bagi orang-orang yang membutuhkan, namun ternyata harus melakukan
terlebih dahulu sosialisasi tentangpentingnya hidup bermasyarakat, untungnya
kerja bakti, untungnya meluangkan waktu untuk mengakrabkan diri, sebab sering
untung rugi sekarang malah jadi patokan dalam bermasyarakat. Selain itu, harus
ada keterbukaan biar kecurigaan tidak akan timbul, kecurigaan timbul disebabkan
adanya sikap tertutup sehingga hanya menduga-duga akhirnya terjadi salah paham
antar masyarakat.
D. Pengertian dan Jenis Masyarakat
Masyarakat itu merupakan kelompok atau kolektifitas manusia yang
melakukan antar hubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian
dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam
waktu yang relatif lama. Unsur-unsur
masyarakat yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah
memiliki sistem dan struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap,
dan perilaku yang dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri,
dan memiliki kebudayaan.
a.
Masyarakat
Setempat (community)
b.
Masyarakat setempat menunjukan pada
bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti geografis)
dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah
interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi
dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
c.
Masyarakat
Desa dan Masyarakat Kota
d.
Menurut Soerjono
Soekamto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya
terhadap perhatian keperluan hidup.Di desa, yang diutamakan adalah perhatian
khusus terhadap keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan
pandangan orang kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat
selain kebutuhan pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
e.
Masyarakat
Multikultural
f.
Perlu
diketahui, ada tiga istilah yang digunakan secara bergantian untuk mengambarkan
masyarakat yang terdiri atas agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu
pluralitas, keragaman, dan multikultural.
Konsep
pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
Keragaman menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat dipersamakan. Sementara itu, konsep
multikultralisme sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari
multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun
agama. Jadi, apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme
memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama
diruang publik.
E. Interaksi Sosial
Kata
interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi
sosial adalah hubungan
timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan
masyarakat.
Interaksi adalah proses di mana orang-oarang berkomunikasi saling
pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan
sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Interaksi
sosial antar individu terjadi manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai:
pada saat itu mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau
bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan
bentuk-bentuk dari interaksi sosial.
Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a.
Imitasi adalah suatu proses peniruan atau meniru.
b.
Sugesti adalah suatu proses di mana seorang individu menerima suatu
cara penglihatan atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik
terlebih dahulu. Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang
dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa
adanya kritik. Arti sugesti dan
imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial adalah hampir sama. Bedanya
ialah bahwa imitasi orang yang satu
mengikuti salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan
pandangan atau sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
c.
Identifikasi
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik
secara lahiriah maupun batiniah.
d.
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan
berdasarkan penilain perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
Bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan
(competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat dianggap
sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari interaksi
sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa interaksi itu
dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan serta
memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin
and Gilin pernah
mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi. Menurut mereka ada dua macam pross
sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya interaksi sosial, yaitu:
a.
Proses
Asosiatif, terbagi dalam
tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
b.
Proses
Disosiatif, mencakup
persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan pertikain.
Adapun
interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1.
Bentuk
Interaksi Asosiatif
a. Kerja
sama (cooperation)
Kerja
sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan
pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama, yaitu:
v Bargainng, pelaksanaan
perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
v Cooperation, proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam
suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari
terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasiyang
bersangkutan.
v Coalition, kombinasi
antara dua organisasi atau lebih yang mempynyai tujuan yang sama.
b. Akomodasi
(accomodation)
Adapun
bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya:
v Coertion, yaitu suatu
bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
v Compromise, suatu bentuk
akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi tuntutannya,
agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
v Arbiration, suatu cara
untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup untuk
mencapainya sendiri
v Meditation, hampir
menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan yang ada.
v Conciliation, suatu usaha
untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya suatu
tujuan bersama.
v Stelemate, merupakan suatu
akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang,
berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.Adjudication¸ yaitu
perselisihan atau perkara di pengadilan.
2.
Bentuk
Interaksi Disosiatif
a.
Persaingan
(competition)
Persaingan adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau
kelompok yang bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya
dengan cara menarik perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada
tanpa mempergunakan kekerasan.
b.
Kontraversi
(contaversion)
c.
Kontraversi
bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan.Kontaversi
ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak
suka yang
disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan tetapi
gejala-gejala tersebut tidak sampai
menjadi pertentangan atau pertikaian.
d.
Pertentangan
(conflict)
Pertentangan adalah suatu
bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha untuk
mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman atau
kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan
pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan
pertentanfan politik.
3.
Sosialisasi
Peter
Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu
teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalam
teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972).
Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi
dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play
stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead
pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar
mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada
tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan
yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus
dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pada
tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran
yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil
peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain
dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan
orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Pihak-pihak
yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama:keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
4.
Bentuk
dan Pola Sosialisasi
a.
Bentuk-bentuk
Sosialisasi
Sosialisasi
merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. Dalam kaitan
inilah para pakar
berbicara mengenai bentuk-bentuk proses sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan
sepanjang hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
b.
Pola-pola
Sosialisasi
Pada
dasarnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola represi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan. Dan pola
partisipatori yang merupakan pola yang didalamnya
anak diberi imbalan manakala berperilaku baik dan anak menjadi pusat
sosialisasi.
0 komentar:
Posting Komentar